http://regional.kompas.com/read/2015/03/23/09141281/.Tukiman.Lelaki.yang.Hidup.Bak.Suami.bagi.Pekerja.Seks
AMBARAWA,
KOMPAS.com Sejumlah
perempuan pekerja seks komersial
(PSK) di Bandungan, Ungaran,
Jawa Tengah, yang indekos di
beberapa hotel kelas melati
biasanya hidup dengan laki-laki
yang menjadi pelindungnya.
Laki-laki tersebut bukan suami,
dan disebut sebagai " tukiman",
akronim berbahasa Jawa dari tiga
suku kata, yaitu turu (tidur), laki
(bercinta), dan mangan (makan).
Tidak ada yang dikerjakan oleh
para tukiman selain tiga hal itu.
Semua kebutuhannya telah
dipenuhi oleh PSK yang menjadi
pasangannya.
"Yang namanya PSK kadang ramai,
kadang sepi. Ada juga yang
mapan, biasanya yang cantik-
cantik yang ramai tamunya.
Sehingga fenomena tukiman ini
lebih pada kenyamanan karena
ada yang melindungi," ungkap
Koordinator PKBI Kabupaten
Semarang, Muhamad Budi
Santoso, Minggu (22/3/2015)
kemarin.
Menurut pegiat sosial yang juga
aktivis HIV/AIDS Jawa Tengah,
Andreas Bambang Santoso, salah
satu syarat mutlak berpasangan
dengan PSK sebagai
tukiman adalah pengertian yang
tidak berbatas. Ketika klien
datang, tidak jarang transaksi juga
dilakukan di kamar yang mereka
sewa sebagai indekos.
"Mereka tinggal di hotel bersama
tukiman. Ketika ada tamu, PSK
juga melayani di kamar yang
mereka sewa," kata Andreas.
Para PSK di Bandungan rata-rata
berusia antara 20 hingga 25 tahun.
Sementara para tukiman-nya
biasanya laki-laki sebaya, tetapi
bisa juga laki-laki yang lebih
dewasa. Mereka berasal dari luar
daerah Bandungan, bahkan ada
juga beberapa tukiman dari luar
negeri.
"Baru-baru ini kami mapping
ulang database PK maupun PSK
yang masuk ke hotspot. Nah,
kemarin pas pendataan itu ada
( tukiman) dari Belanda dan ada
dari Perancis. Biasanya dari luar
dearah," imbuh Muhammad.
Sebelumnya dikabarkan, belasan
hotel di Bandungan, Kabupaten
Semarang, ditengarai beralih
fungsi menjadi tempat indekos
para PSK. Sebagian besar hotel
yang beralih fungsi
menjadi tempat indekos PSK
tersebut adalah hotel-hotel kelas
melati. (Baca: Sebelas Hotel
Dilaporkan Beralih Fungsi Jadi
Kos-kosan PSK)
AMBARAWA,
KOMPAS.com Sejumlah
perempuan pekerja seks komersial
(PSK) di Bandungan, Ungaran,
Jawa Tengah, yang indekos di
beberapa hotel kelas melati
biasanya hidup dengan laki-laki
yang menjadi pelindungnya.
Laki-laki tersebut bukan suami,
dan disebut sebagai " tukiman",
akronim berbahasa Jawa dari tiga
suku kata, yaitu turu (tidur), laki
(bercinta), dan mangan (makan).
Tidak ada yang dikerjakan oleh
para tukiman selain tiga hal itu.
Semua kebutuhannya telah
dipenuhi oleh PSK yang menjadi
pasangannya.
"Yang namanya PSK kadang ramai,
kadang sepi. Ada juga yang
mapan, biasanya yang cantik-
cantik yang ramai tamunya.
Sehingga fenomena tukiman ini
lebih pada kenyamanan karena
ada yang melindungi," ungkap
Koordinator PKBI Kabupaten
Semarang, Muhamad Budi
Santoso, Minggu (22/3/2015)
kemarin.
Menurut pegiat sosial yang juga
aktivis HIV/AIDS Jawa Tengah,
Andreas Bambang Santoso, salah
satu syarat mutlak berpasangan
dengan PSK sebagai
tukiman adalah pengertian yang
tidak berbatas. Ketika klien
datang, tidak jarang transaksi juga
dilakukan di kamar yang mereka
sewa sebagai indekos.
"Mereka tinggal di hotel bersama
tukiman. Ketika ada tamu, PSK
juga melayani di kamar yang
mereka sewa," kata Andreas.
Para PSK di Bandungan rata-rata
berusia antara 20 hingga 25 tahun.
Sementara para tukiman-nya
biasanya laki-laki sebaya, tetapi
bisa juga laki-laki yang lebih
dewasa. Mereka berasal dari luar
daerah Bandungan, bahkan ada
juga beberapa tukiman dari luar
negeri.
"Baru-baru ini kami mapping
ulang database PK maupun PSK
yang masuk ke hotspot. Nah,
kemarin pas pendataan itu ada
( tukiman) dari Belanda dan ada
dari Perancis. Biasanya dari luar
dearah," imbuh Muhammad.
Sebelumnya dikabarkan, belasan
hotel di Bandungan, Kabupaten
Semarang, ditengarai beralih
fungsi menjadi tempat indekos
para PSK. Sebagian besar hotel
yang beralih fungsi
menjadi tempat indekos PSK
tersebut adalah hotel-hotel kelas
melati. (Baca: Sebelas Hotel
Dilaporkan Beralih Fungsi Jadi
Kos-kosan PSK)